Fi’il, Fa’il dan Maf’ul Bih
A.
Pengertian Fi’il
dan Macam – Macamnya
1.
Prengertian Fi’il
Fi’il ialah
kalimah (kata) yang menunjukkan makna mandiri dan disertai dengan pengertian
zaman. Dengan kata lain Fi’il ialah kata kerja.
2. Macam – Macam Fi’il
Menurut waktu terjadinya Fi’il terbagi atas tiga bagian yaitu :
- Fi’il Madhi (waktu lalu/lampau atau telah terjadi).
- Fi’il Mudharik (waktu sekarang atau sedang terjadi).
- Fi’il Amar (waktu mendatang atau akan terjadi).
B. Pengertian, ciri-ciri dan contoh-contoh Fi’il :
1. Madhi
a) Pengertian Fi’il Madhi
Fi’il Madhi ialah lapadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan
b) ciri-ciri Fi’il Madhi
ciri-ciri dari Fi’il madhi ialah huruf akhir selamanya di-fathah-kan
c) contoh-contoh Fi’il Madhi1. Madhi
a) Pengertian Fi’il Madhi
Fi’il Madhi ialah lapadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah sering dimasuki ta tanits yang di-sukun-kan
b) ciri-ciri Fi’il Madhi
ciri-ciri dari Fi’il madhi ialah huruf akhir selamanya di-fathah-kan
ﻝﺟﺮﻠﺍ ﻒﻘﻮ laki-laki itu berhenti
ﺐﺎﺗﮑﻟﺍﻉﺎﻀ buku itu hilang
ﺔﻋﺎﺴﻟﺍﺕﻗﺪ jam berbunyi
ﺖﻧﺒﻠﺍﺖ ﺀﺎﺠ anak perempuan itu datang
ﺐﻼﮑﻠﺍﻰﺮﺠ anjing itu berlari
2. Mudharik
a) Pengertian Fi’il Mudharik
Fi’il Mudhari’ ialah lapadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang sedang berlangsung dan yang akan datang, Alamatnya ialah sering dimasuki sin, saufa, lam, dan lan.
b) ciri-ciri Fi’il Mudharik
ciri-ciri dari Fi’il Mudharik yaitu fi’il yang diawali dengan salah satu huruf zaidah yaitu hamzah, nun, ya, ta dan selamanya di-rafa’-kan kecuali dimasuki amil yang me-nashab-kan atau yang men-jazm-kan maka harus disesuaikan dengan amilnya
c) contoh-contoh Fi’il Mudharik
ﺉﺩﻴ ﻞﺳﻏﺍ saya mencuci tangan
ﻲﺒﺎﻳﺜ ﺲﺑﻠ ﺍ saya memakai pakaian
ﺓﺭﻜﻠﺍﺎﺒ ﺐﻌﻟﻨ kami bermain bola
ﻝﻭﻗﺣﻠﺍﻰﻔ ﻰﺷﻣﻨ kami berjalan di ladang
ﺐﻟﮑﻟﺍ ﺢﺒﻨﻴ anjing sedang menggonggong
3. Amar
a) Pengertian Fi’il Amar
Fi’il Amar ialah lapadz yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang akan dilakukan pada masa yang akan datang, Alamatnya ialah sering diberi ya mu’annats mukhathabah dan menunjukkan makna thalab (tuntutan).
b) ciri-ciri Fi’il Amar
ciri-ciri dari Fi’il Amar ialah selamanya di-jazm-kan (huruf akhirnya)
c) contoh-contoh Fi’il Amar
ﺓﺮﮐﻟﺍﺎﺒ ﺐﻌﻠﺍ bermainlah dengan bola itu
ﻚﺒﺎﻳﺛ ﻒﻆﻨ bersihkan pakaianmu
ﺭﻳﺴﻠﺍﻰﻔ ﻞﻬﻣﺗ santai saja jalannya
ﻚﻃﻗ ﻢﻌﻄ ﺍ makanlah
ﺭﮑﺑﻤ ﻡﻨ tidurlah segera
F. Contoh-contoh Kalimat Fi’il Lazim menjadi fi’il Muta’addi dan Fi’il Maklum Menjadi Fi’il Majhul
1. Contoh-contoh Kalimat Fi’il Lazim menjadi fi’il Muta’addi
2. Contoh-contoh Kalimat Fi’il Maklum Menjadi Fi’il Majhul
ﺲﺮ ﺪﻠﺍ ﺏﺗﮐ®ﺲﺮ ﺪﻠﺍ ﻲﻠﻋ ﺏﺗﮐ
(Ali Menulis Pelajaran) (Pelajaran Ditulis)
ﻦﺁﺭﻗﻠﺍ ﺃﺮﻗ®ﻦﺁﺭﻗﻠﺍ ﺪﻣﺤﺍ ﺃﺮﻗ
(Ahmad Membaca Al-qur’an) (Al-qur’an dibaca)
ﺓﺪﺭ ﺪﻟﺍ ﻒﻄﻘ®ﺓﺪﺭ ﺪﻟﺍ ﺪﻴﺯ ﻒﻄﻘ
(Zaid Memetik Mawar) (Mawar di petik)
ﺏﻠﮑﻟﺍ ﺐﺭﻀ®ﺏﻠﮑﻟﺍ ﻥﺴﺤ ﺐﺭﻀ
(Hasan Memukul Anjing) (Anjing dipukul)
ﺐﺎﺑﻟﺍ ﻞﻔﻗ®ﺐﺎﺑﻟﺍ ﻲﻠﻋ ﻞﻔﻗ
(Ali Menutup Pintu) (Pintu ditutup)
G. Pengertian Fi’il Soheh dan Mut’ah dan Macam-macamnya
1. Fi’il Soheh
a) Pengertian Fi’il Soheh
Fi’l soheh adalah sesuatu kata kerja yang tidak terdapat huruf-huruf yang tiga yaitu : ﻱﻭ ﺃ (atau huruf ilat)
b) Macam-macam Fi’il Soheh
- Fi’il salim yakni Fi’il denngan huruf aslinya tidak berupa hamzah atau tidak mudha’af (dobel)
- Fi’il Mahmuz yakni Fi’il yang salah satunya hurufnya berupa huruf illat Berdasarkan huruf illatnya Fi’il illat terbagi atas :
1. Mahmuz Fa’ yaitu yang apabila huruf awalnya (fa’ fi’il) kata kerja berupa hamzah.
2. Mahmuz ‘Ain yaitu yang apabila huruf kedua (‘Ain Fi’il) kata kerja berupa hamzah.
3. Mahmuz Lam yaitu apabila huruf akhir (Lam Fi’l) kata kerja berupa hamzah
- Fi’il Mudha’af adalah kata yang huruf kedua (‘Ain Fi’il) dan huruf ketiga (Lam Fi’il) berupa huruf yang sama kemudian ditasydidkan.
2. Fi’il Mu’tal
a) Pengertian Fi’il Mu’tal
Fi’il Mu’tal adalah Fi’il yang huruf aslinya berupa huruf iIlat.
b) Macam-macam Fi’il Mu’tal
- Fi’il Mitsal adalah kata yang Fa Fi’il (huruf pertama) berupa wawu (ﻭ) disebut mitsal wawi atau berupa ya (ﻱ) disebut Mitsal Ya’I.
- Fi’il Ajwaf, Fi’il ini terdiri dari dua macam :
1. Ajwaf wawi yaitu kata yang huruf keduanya berupa huruf ﻭ.
2. Ajwaf Ya’i yaitu kata yang huruf keduanya (ﻉ) berupa huruf ya (ﻱ).
- Fi’il Naqish yaitu kata kerja yang huruf ketiga (lam Fi’il) berupa wawu atau ya. FI’il ini terbagi atas dua macam :
- Naqish wawi kata yang huruf ketiganya berupa wawu.
- Naqish naqish ya’I kata yang huruf ketiganya berupa ya.
- Fi’il lafif mafruq yaitu kata kerja yang huruf pertamanya (fa’ fi’il) berupa wawu dan huruf ketiganya berupa ya.
- Fi’il lafif mafrun kata kerja yang huruf keduanya (‘ain fi’il) berupa wawu dan huruf ketiganya berupa ya.
H. Contoh-contoh Kalimat yang menggunakan Jumlah Ismiah dan Jumlah Fi’liyah
1. Contoh-contoh Kalimat yang menggunakan Jumlah Ismiah
2. Contoh-contoh Kalimat yang menggunakan Jumlah Fi’liyah
Fa’il
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas.
Contoh :
قَالَ نُوْحٌ (qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata
Kata نُوْحٌ marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum.
إِذَا جَاءَكَ المُنَافِقُونَ (idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu.
Kata المُنَافِقُونَ marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.
Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni
Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :
دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ (dakholal jannata rojulun fii dzubaabin)
Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat
Kata رَجُلٌ isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
Bisa berupa dhomir
Contoh :
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ (wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun)
Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.
Dari kalimat di atas, lafadz jalalah اللهُ bukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata خَلَقَ terdapat fa’il yang berupa dhomir هو yang merupakan kata ganti dari lafadz jalalah اللهُ (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir هو adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.
Ketentuan-ketentuan fa’il
1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :
رَجَعَ المُسْلِمُونَ مِنَ الْمَسْجِدِ (roja’a almuslimuuna minal masjidi)=para muslimin kembali dari masjid
رَجَعَ مِنَ الْمَسْجِدِ المُسْلِمُونَ (roja’a minal masjidi almuslimuuna)= para muslimin kembali dari masjid
Kata المُسْلِمُونَ merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :
جَاء رَجُلٌ (jaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang
جَاءَ رَجُلاَنِ(jaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang
جَاءَ رِجَالٌ (jaa a rijaalun)=para laki-laki datang
3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :
جَاءَتْ إِمْرَأَةٌ (jaa at imroatun)=seorang perempuan datang
تَذَْهَبُْ مَرْيَمُ (tadzhabu maryamu)= maryam pergi
قَالَتْ عَائِشَةُ (qoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata
4. Fi’il wajib muannast jika
Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.
Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il jika terpenuhi dua syarat di atas.
Contoh :
قَالَ نُوْحٌ (qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata
Kata نُوْحٌ marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai fa’il karena setelah fi’il ma’lum.
إِذَا جَاءَكَ المُنَافِقُونَ (idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para munafik datang kepadamu.
Kata المُنَافِقُونَ marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’ mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.
Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni
Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :
دَخَلَ الْجَنَّةَ رَجُلٌ فِي ذُبَابٍ (dakholal jannata rojulun fii dzubaabin)
Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat
Kata رَجُلٌ isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
Bisa berupa dhomir
Contoh :
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ (wallahu kholaqokum wa maa ta’maluun)
Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.
Dari kalimat di atas, lafadz jalalah اللهُ bukanlah merupakan fa’il, karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata خَلَقَ terdapat fa’il yang berupa dhomir هو yang merupakan kata ganti dari lafadz jalalah اللهُ (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga dhomir هو adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas fathah sebagai fa’il.
Ketentuan-ketentuan fa’il
1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :
رَجَعَ المُسْلِمُونَ مِنَ الْمَسْجِدِ (roja’a almuslimuuna minal masjidi)=para muslimin kembali dari masjid
رَجَعَ مِنَ الْمَسْجِدِ المُسْلِمُونَ (roja’a minal masjidi almuslimuuna)= para muslimin kembali dari masjid
Kata المُسْلِمُونَ merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.
2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :
جَاء رَجُلٌ (jaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang
جَاءَ رَجُلاَنِ(jaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang
جَاءَ رِجَالٌ (jaa a rijaalun)=para laki-laki datang
3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :
جَاءَتْ إِمْرَأَةٌ (jaa at imroatun)=seorang perempuan datang
تَذَْهَبُْ مَرْيَمُ (tadzhabu maryamu)= maryam pergi
قَالَتْ عَائِشَةُ (qoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata
4. Fi’il wajib muannast jika
- Fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast haqiqi yang datang langsung setelah fi’il
Contoh :
قَالَتْ خَدِيْجَةُ (qoolat khodiijatu)=khodijah berkata
تَجْلِسُ هِنْدٌ (tajlisu hindun)= hindun duduk
- Fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim muannast
Contoh :
إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ (idza assamaa unfathorot)= ketika langit terbelah
Dalam kata انْفَطَرَتْ terdapat dhomir هي yang merupakan kata ganti dari السَّمَاءُ.
5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika
- Fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.
Contoh :
إِذَا جَاءَكُمْ المُؤْمِنَاتُ (idza jaa akum almuminaatu)= ketika para wanita mu’min datang kepadamu
- Fa’il berupa muannats majazi
Contoh :
طَلَعَ الشَّمْسُ / طَلَعَتِ الشَّمْسُ (thola’as syamsu / thola’atis syamsu)=matahari telah terbit
- Fa’il berupa jama’ taksir
Contoh :
جَاءَ الرُّسُلُ / جَاءَتْ الرُّسُلُ (jaa arrusulu/jaa atirrusulu)= para rosul datang. Maf’ul bih
Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan. Pengertian mudahnya adalah objek yang dikenai pekerjaan.
Contoh:
]إِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَمْرًا[ الأحزاب 36
"Apabila Allah dan rosulnya telah menetapkan suatu perkara"
kata أَمْرًا isim manshub dengan fathah karena merupakan isim mufrod, sebagai maf’ul bih
Kita bisa tahu kataأَمْرًا merupakan maf’ul bih dengan melihat harokat akhirnya dan dari artinya, kata tersebut merupakan objek kalimat.
قَرَأْْتُ كِِتَابَيْنِ
"Aku membaca 2 kitab
Kata كِِتَابَيْنِ isim manshub dengan ya karena merupakan isim mutsanna, sebagai maf’ul bih.
ضَرَبَ عَلِىٌّ كَلْبِيْنَ
"Ali memukuli anjing-anjing"
Kata كَلْبِيْنَ isim manshub dengan ya karena merupakan isim jamak mudakkar salim, sebagai maf’ul bih.
Jenis-jenis Maf’ul bih
Maf’ul bih ada yang mabni dan ada yang mu’rob.
Untuk Maf'ul bih yang mu’rob sebagaimana yang telah kami contohkan di atas, sedangkan yang mabni dapat dilihat dari contoh berikut:
جَزَاهُ اللهُ
"Semoga Allah membalasnya"
Dhomir هُ merupakan isim mabni dengan fathah, sebagai maf’ul bih
وَفَّقَكُمُ اللهُ
"Semoga Allah memberi taufik kepada kalian"
Dhomir كم merupakan maf’ul bih
Posisi maf’ul bih dalam kalimat
Posisi maf’ul bih bermacam-macam, berbeda dengan bahasa Indonesia yang objeknya berada setelah subjek predikat, dalam bahasa arab, objek posisinya dapat berada pada keadaan berikut:
1. Di depan
Contoh:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ
"Hanya kepadamu kami menyembah"
Kata إِيَّاكَ merupakan maf’ul bih.
Dalam kaidah bahasa arab, mendahulukan objek dari predikat menunjukkan pembatasan dan dapat diselipkan kata “hanya”. Sehingga makna ayat tersebut adalah “hanya kepada Allah-lah kita beribadah dan tidak boleh tertuju kepada selainnya”.
2. Antara fi’il dan fa’il
Contoh:
رَحِمَكَ اللهُ
"Semoga Allah menyayangimu"
Kata ك adalah maf’ul bih.
3. Di belakang
Contoh:
سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
"Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga"
Kata طَرِيْقًا merupakan maf’ul bih
Tambahan:
Dalam satu kalimat, maf’ul bih bisa lebih dari satu, tergantung kata kerja (fi’il) yang digunakan.
Contoh:
أَعْطَى المُدَرِّسُ مُُحَمَّدًا جَائِزَةً
"Guru memberikan Muhammad hadiah"
Dalam kalimat di atas, maf’ul bihnya ada dua, yakni مُُحَمَّدًا dan جَائِزَةً
Fi’il-fi’il yang membutuhkan 2 maf’ul bih (objek) diantaranya adalah
اَلْبَسَ (memakaikan)
أَخْرَجَ (mengeluarkan)
أَخْبَرَ (mengabarkan)
أَنْبَأَ (memberitakan)
أَعْطَى (memberikan)
عَلَّمَ (mengajarkan)
Cara mudah mengetahui apakah fi’il tersebut butuh 2 maf’ul bih atau tidak dengan melihat pola fi’il muta’addi seperti di atas atau dengan mengetahui artinya.